" Lihat dan rasakan, lalu tulislah .. "

Minggu, 13 Mei 2012

" Aku dan Perasaan Ini" (bagian 1)

Ada banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu, termasuk perasaan ini ..


Ada banyak makanan nikmat di restaurant ini, tapi aku hanya memilih nasi goreng untuk ku makan malam ini, sendiri .. Aku ingat dulu kita sering makan malam bersama jika ada sesuatu yang kita rasa istimewa, di tempat ini. Saat kamu mendapatkan gaji pertamamu, saat usiaku bertambah satu tahun lagi, saat malam tahun baru tiba, ataupun saat akhirnya kamu berhasil mendapatkan pacar impianmu. Jujur saja,yang bagian terakhir adalah makan malam yang rasanya paling tidak enak. Aku mengenal betul tempat ini, semua makanannya lezat, tapi suasana hatiku membuat semuanya jadi berubah, dan ingin sekali rasanya aku cepat-cepat mengakhiri makan malam bersama malam itu. Terlalu lama rasanya jika harus melahap semua makanan di piring itu sambil mendengarkan semua sanjunganmu tentang kekasih barumu itu.

Aku ingin berlama-lama di tempat ini, ingin menyepi dan menyendiri tanpa diganggu siapapun. Hal yang selalu aku lakukan jika suasana hatiku sedang tidak baik. Entah mengapa aku merasa nyaman jika sendiri saat masalah sedang melanda. Mungkin karena aku termasuk orang introvert, mahkluk anti sosial. Ku pandangi dua lilin gelas di meja dan sebotol pajangan berbentuk botol di belakangnya.

Tak disangka ya, ternyata sudah sepuluh tahun lebih aku mengenalmu, lebih dari separuh umurku yang saat ini memasuki angka dua puluh dua. Aku ingat saat pertama kali kita bertemu, waktu itu aku adik kelasmu yang sedang mengikuti masa orientasi sekolah. Aku berlari menghampirimu untuk sekedar meminta tanda tanganmu dan berfoto bersama, ini semua adalah hukuman untukku yang waktu itu lupa mengepang rambutku menjadi dua dan mengikatnya dengan tali rafia warna warni.

Sampai saat ini foto kita masih ku selipkan di buku diary yang setiap hari menjadi teman ceritaku. Esok harinya aku mencetak foto itu, aku harus membawanya dan menyerahkannya pada kakak kelas super judes yang menghukumku waktu itu. Kurang kerjaan sekali bukan ? dan aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk mengepang rambutku sendiri, menyiapkan rupa-rupa bekal makan siang yang tidak jelas namanya, sendiri !! karena mama dan papa sedang ke luar kota.

Pagi itu aku menempati barisan paling depan dengan balon gas di tangan kananku, masih dengan penampilan bodoh ini. Rambut dikepang dua, dipita tali rafia tiga warna, baju putih yang sudah nampak kusam, bawahan merah yang sudah agak kependekan, kaos kaki merah di kaki kananku, dan biru di kaki lainnya, sepatu usang dengan tali pita kain hijau stabilo, waaaah sekali penampilanku !

Ini hari tekahirku mengikuti MOS, semua balon dikumpulkan dan diterbangkann sebagai tanda upacara MOS ini diakhiri, dan hari senin nanti aku sudah mengenakan seragam putih biru yang sudah lama aku idam-idamkan. Aku mengamatimu dari jauh, kamu sepertinya termasuk orang penting dari anggota OSIS lainnya, buktinya kamu yang dijadikan pemimpin upacara pagi itu. Badanmu tegap, mukamu datar, dan jalanmu sigap.

Waktu membuat kita perlahan menjadi semakin dekat. Setiap istirahat berlangsung,  kamu pasti melewati kelasku seusai membeli makanan di kantin, aku hanya tersenyum dan mengangguk sedikit, kamu membalasnya. Dan ini berlangsung sering, bahkan hampir setiap hari, padahal namamu saja aku lupa. Hari-hari selanjutnya kita sering pulang bersama, ternyata rumah kita tidak dipisahkan dengan jarak yang jauh.

Banyak hal yang setiap hari kamu ceritakan padaku, tentang sekolah, tentang keluarga, atau apapun. Aku hanya mendengarkan dan memberikan masukan terkadang. Sedangkan aku, aku lebih memilih untuk diam, sekali lagi, aku seorang yang tertutup dan lebih memilih untuk bercerita pada buku kecil yang ku sebut diary itu.

Banyak hal-hal kecil yang membuat pertemanan kita ini akhirnya diresmikan menjadi persahabatan.  Aku tak banyak tahu apa  perbedaan antara keduanya, yang  jelas aku menikmati. Kamu  pernah bilang, persahabatan itu hubungan yang lebih dari sekedar teman, dan aku adalah orang yang beruntung bisa kamu pilih menjadi sahabat.

Bagaimana mungkin aku tak ada di sampingmu jika aku adalah sahabatmu sementara kamu sedang berbaring lemah di ranjang rumah sakit ? Setiap pagi tiba aku yang selalu menyuapimu dan membujukmu untuk meminum obat-obat pahit itu, ini terjadi sampai orang tuamu yang di Surabaya datang dan perlahan kesehatanmu membaik. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipuji oleh orang tuamu sebagai anak yang baik dan perhatian sekali padamu, karena ini semua ku lakukan dengan tulus hati. Aku hanya ingin kamu segera sembuh sebelum masa liburan sekolah ini berakhir.

Saat semuanya sudah normal, kita pergi ke sekolah bersama lagi,dan ini hari pertama ku  mengenakan seragam baru, putih abu-abu. Kita satu sekolah lagi, setelah tiga tahun bersama, sulit rasanya bila aku harus memilih sekolah yang berbeda denganmu untuk masa yang indah ini. Walaupun aku tidak terlalu suka dengan IPA, namun aku coba untuk mempelajarinya. Kamu masuk kelas IPA juga waktu itu. Sekarang bila jam istirahat tiba, kita selalu menyempatkan waktu untuk makan di meja yang sama.

“eh, liat cewe yang ngantri siomay itu deh  .. cantik ya ? namanya Vizka ..”

Aku menoleh dan mencoba melihat sosok yang kamu maksud tadi.

“aku nggak bisa tau, mukanya nggak keliatan ..”

“jangan bilang-bilang ya .. aku suka sama dia ..”

“oo, oke..”

Aku menjawab singkat, mendadak mie ayam di hadapanku rasanya hambar dan ingin ku buang saja. Kamu tahu perasaan apa ini ? ku masukkan segera mie dalam mangkok putih yang masih tersisa hingga mulutku penuh, lalu aku minum dan segera pergi ke kelas.

Pulang sekolah aku langsung menunggu kopaja di halte depan halaman sekolah, malas rasanya jika aku harus menunggumu di depan perpustakaan, tempat kita biasa bertemu saat jam pulang tiba, untuk pulang bersama. Aku pulang, masuk kamar, dan langsung memeluk bantal kesayanganku erat. Aku menangis dan pasti kamu tak tahu ..

Handphone di meja lampu tidurku berdering beberapa kali, itu panggilan darimu, ku reject lalu ku cabut baterai hpku tanpa mematikannya terlebih dahulu. Masih terbayang-bayang sosok Vizka yang kamu ceritakan tadi siang. Ada perasaan yang tidak bisa ku jelaskan dan ini cukup aku yang tahu.

***

Aku menghibur diriku sendiri di taman kota, ku putuskan untuk pergi kesana saat sore hari dan mengambil tempat duduk yang jauh dari keramaian. Melemparkan satu dua batu ke danau itu sudah membuat bebanku berkurang, ku rasa bebanku ikut tenggelam di dasar danau bersama batu itu. Menendang kaleng minuman di pinggir kolam hingga jauh dan gaduh, kemudian mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah non organik. Mendengarkan lagu “all by my self”yang dinyanyikan ulang celine dion, membuat suasana hatiku semakin sendu. Hei, tidakkah aku seperti orang tidak waras ?

Setidaknya aku sudah bisa menunjukkan senyumku lagi saat bertemu kamu pagi ini.
“kemarin kenapa pulang duluan ? aku nunggu kamu lo di depan perpustakaan ..”
“aku telpon kenapa di reject ? terus aku coba telpon lagi kenapa nomor kamu nggak aktif?”
“maaf ya, kemarin aku lagi nggak pengen diganggu, tugas dari pak Hadi banyak, jadi aku langsung pulang ke rumah deh ..”
Untuk pertama kalinya, aku terpaksa harus berbohong padamu. Maaf.

Bersambung ..


Sabtu, 24 Maret 2012

" Baca ini sebelum kau meminta "

* * *

Seorang bapak meminta agar Tuhan memberikannya sebuah mobil.
Ia berencana ingin mengajak keluarganya berlibur bersama saat akhir tahun tiba nanti.
Sejak permintaan itu terucap, Bapak itu lebih rajin berdoa dan berusaha.
Seluruh keluarganyapun mendoakan agar mereka cepat diberi sebuah mobil.

Setahun berselang, mobil yang diminta pada Tuhan belum diberikan juga,
tapi Bapak itu dan keluarganya terus berdoa dan percaya Tuhan akan menjawabnya secepatnya.

"Ayah, mengapa Tuhan belum juga menjawab doa kita ? "

" mungkin kita harus lebih sungguh lagi nak dalam berdoa, ayah yakin Tuhan mendengar doa kita "

Tahun kedua berlalu dengan cepatnya, akan tetapi mobil yang diinginkan belum ada juga, bgitupun dengan tahun ketiga. Keluarga itu akhirnya melewatkan tiga kali liburan akhir tahunnya dengan berjalan-jalan menggunakan motor.

" Tuhan, ini sudah tiga tahun, kenapa Kau belum juga menjawab doaku dan keluargaku ? "


Malam hari saat Bapak sedang tidur,Tuhan berbicara padanya lewat mimpi ..

" Bapak, bagaimana Aku akan memberimu sebuah mobil jika garasi saja kau belum punya ? "

* * *

" Suatu Hari Saat Tuhan Memanggilku (cerbung-2)

Udara pagi yang segar, pagi yang masih sama dengan sebatang lilin menyala yang menemaniku dan membawaku berbicara pada Tuhan lagi di pagi hari. Pagi ini cermin menunjukkan sosok mungilku lagi, pagi ini kelihatannya lingkaran hitam di bawah mataku semakin melebar, entah apa yang akan terjadi. Ku lihat ranjang mama sudah rapi, ia pasti sudah berada di dapur sekarang.

“ mama masak apa pagi ini ?

“sop ayam kesukaanmu sayang, maaf semalam mama pulang terlambat, mama harus menyelesaikan pekerjaan mama dulu, karena hari ini mama ijin untuk mengantarkanmu ke rumah sakit ..”

“ jam berapa kita berangkat ma ? “

“ jam sepuluh, sekarang kamu mandi dulu ya sambil menunggu sarapannya siap .. “

Ku nyalakan keran air di kamar mandi, lalu mengambil handuk merah di jemuran kecil teras rumah. Aku masuk kamar mandi lalu membersihkan diri. Lihat, rambut tipisku rontok lagi, mungkin tak lama lagi aku bisa menjadi botak bila ini terus berlanjut, entahlah.

Aku mengenakan kaos putih dan rok jeans kesukaanku, menghampiri meja makan yang sudah dipenuhi piring-piring sarapan pagi. Pagi ini aku tak banyak makan, walaupun sop ayam adalah makanan favoritku, rasanya selera makanku pagi ini tak seperti biasanya. Perutku rasanya kurang enak, aku hanya mengambil dua sendok nasi dan dua sendok sayur sop ayam yang masih hangat itu.

Makan sendirian rasanya tidak enak, aku jadi ingat setahun lalu aku mama dan papa duduk bersama di meja ini dan sarapan pagi bersama. Mama sedang mandi pagi, sedangkan papa mungkin hanya tinggal bayangan. Sampai sekarangpun aku masih tak paham mengapa papa memilih untuk tinggal di rumah lain bersama dengan perempuan lain yang tak ku kenal. Mungkin yang sedih bukan aku saja, mama juga.

Aku bergegas menuju garasi mobil, terlihat mama sudah masuk ke mobil yang sedari tadi sudah menyala dan dipanasi. Aku dan mama berangkat ke rumah sakit.

Teman, aku rupanya belum bercerita ya, namaku Lusia dan umurku saat ini tujuh tahun. Dokter bilang umurku tidak akan lama lagi, setelah aku positif dinyatakan menderita leukimia dua setengah tahun yang lalu. Aku tidak mengerti betul bagaimana penyakit ini bisa masuk ke tubuhku, tapi yang jelas penyakit ini telah membuat penderitanya sedih dan patah semangat. Kamu tahu teman ? Semua teman-temanku di dalam ruang terapi itu berwajah murung, hanya sesekali mereka tampak tersenyum sebelum kemudian sedih lagi karena rambut mereka yang kian menipis  setiap usai terapi.

Terapi telah mencabuti rambut kepala kami dari hari ke hari, tapi itu jugalah satu-satunya cara agar kami bisa bertahan lebih lama untuk menikmati dunia ini. Aku bertemu dokter Andreas lagi pagi ini, ternyata aku pasien pertama yang datang untuk terapi. Dokter menyalami tangan mungilku, ia tersenyum memandang wajah pucatku.

“ pagi Lusia, sarapan apa pagi ini ? “

“ mama membuatkanku sop ayam dokter, tapi aku tak makan banyak “

“ lain kali makan lebih banyak ya, supaya cepat sembuh “

“ baik dok .. “

Aku menjalani terapi, kurang lebih dua jam lamanya. Tak bisa kubayangkan betapa bosannya mama menungguiku. Saat aku terapi aku bertemu kak There, dia juga pasien leukimia. Setiap bertemu kak There, entah kenapa aku merasa lebih beruntung, rambut kepalaku masih lebih banyak dari dia dan tubuhku masih lebih segar dari kak There. Tapi ada saatnya aku merasa sedih, waktu pasti akan membuatku terlihat seperti kak There juga.

“ apa kabar Lusia ? kamu datang sama siapa ? “

“ kabar baik kak, mama mengantarku pagi ini, kakak ? “

“ kurang baik There, rasanya kondisi kakak dari hari ke hari menurun, kemarin sore kakak pingsan lagi di kamar, jadi pagi ini kakak dibawa papa ke sini untuk terapi lagi, padahal baru kemarin lusa kakak terapi, kata dokter jadwal terapi kakak akan diganti menjadi tiga kali seminggu “

Tuhan, aku sama sekali belum siap jika harus seperti kak There suatu saat nanti, apa aku kuat ? Aku menggerutu di dalam hati, tak habis pikir apa tujuan Tuhan memberikan semua ini padaku.
Terapiku sudah selesai dan aku menghampiri mama lagi.

“ Lusia tidak boleh terlalu lelah, tidur jangan terlalu malam, dan jangan lupa obatnya diminum teratur, itu pesan dokter Andreas tadi, ingat ya Lusia .. kamu pasti bisa sembuh dengan cepat kalau kamu menuruti semuanya .. “ Mama membelai kepalaku perlahan lalu mencium keningku.

“ semangat ya nak .. “

***

Astaga Tuhan, sepertinya makin banyak saja obat yang harus ku minum, untung saja aku sudah ahli meminum obat utuh-utuh, jadi aku tidak perlu terlalu banyak merasakan pahitnya obat yang harus ku telan. Sebenarnya aku sudah bosan, harusnya di usiaku saat ini yang aku makan adalah permen bukannya obat.

Gaung suara teman-teman di sekolah menggerayangi telingaku lagi. Enam bulan lalu saat aku masih menjadi siswi yang aktif, yang pandai bermain loncat karet di halaman sekolah dan pintar menuliskan jawaban-jawaban matematika di papan tulis putih. Saat ini aku hanya di rumah sepanjang hari, tujuan utamaku saat sedang keluar rumah adalah rumah sakit.

Sebenarnya aku tidak ingin berontak pada Tuhan, aku hanya ingin menawar, apakah Tuhan bisa mempercepat waktunya ? supaya aku bisa cepat kembali lagi ke sekolah, berhenti meminum semua obat-obat ini dan memakan permen manis serta ice cream kembali.

***
Sore ini hujan turun rintik, semoga pelanginya muncul, sudah beberapa bulan aku tidak menjumpai pelangi muncul di langit sehabis hujan. Aku memandangi suasana sore ini dari belik kaca sambil duduk di belakang meja belajarku. Aku menggambar keluargaku, mama mengenakan baju merah, di sebelahnya ada aku yang rambutnya sedikit, dan paling kanan papa. Apa masih mungkin keadaan yang dulu kembali lagi ?

Mama mengetuk pintu kamarku, setengah perjalanan menggambarku aku menoleh dan mendapati mama membawakan obat untukku. Aku memfokuskan pikiranku lagi ke kertas di depanku, berusaha menghiraukan mama dan obat yang dibawanya. Mama hanya diam saja sedang aku terus memenuhi kertas itu dengan pensil warna-warni. Makin lama gerakan tanganku makin cepat hingga akhirnya ku hentikan.

Perlahan air mataku menetes dan mengaliri pipiku. Ingin rasanya aku berteriak dan membuang obat-obat itu ke tempat sampah.

“  mama, apa aku boleh tidak meminum obat lagi ? “

“ Lusia, kamu tidak ingin cepat sembuh nak ? “

Saat-saat seperti ini mama sama cerewetnya dengan dokter Andreas. Tak ingin membuat mama berbicara lebih banyak lagi, ku masukkan satu per satu obat ke mulutku dan ku tegak air bening yang dibawa mama. Mama hanya tersenyum, aku menangis lagi.

Setiap minum obat, mataku dibuat lelah dan aku ingin tidur saja. Aku beralih dari meja belajar ke tempat tidurku, ku lakukan doa malam sebelum tidur. Terima kasih Tuhan.

BERSAMBUNG ..

"Suatu Hari Saat Tuhan Memanggilku (cerbung-1)"

Sebenarnya aku masih ingin menunggu mama pulang dari kantornya malam ini, tapi apa daya ku putuskan untuk menyudahi hari ini karena mataku sudah mengantuk. Aku lekas pergi mencuci kaki dan tangan, menggosok gigi, dan berdoa malam sebagai kegiatan terakhirku.

Tuhan, tak terasa malam sudah tiba, dan aku hanya bisa takjub dengan semua yang ku alami hari ini. Aku bukan murid yang pintar Tuhan, tapi hari ini Kau memudahkan tanganku menuliskan jawaban di papan tulis. Siang tadi, aku melihat Mumu diam sendirian di pojok kelas, lalu aku menghampirinya. Rupanya ia sedang kesepian Tuhan, siang ini tidak membawa bekal makan siang, ibu Mumu sedang sakit. Terima kasih Tuhan, aku masih boleh menikmati bekal makan siang yang dibuat mama, dan aku masih boleh membagi bekal makananku untuk Mumu.

Tuhan, maaf ya jika hari ini aku bandel. Aku lambat menulis dikte dari ibu guru. Semoga besok dan seterusnya Tuhan mau memperbaiki kemampuan dikteku. Sekarang aku ingin istirahat Tuhan, semoga Tuhan mau memberiku mimpi indah dan bangunkan aku kembali besok dengan keadaan sehat, selamat malam Tuhan .. Sampai bertemu di dalam mimpi :)

***

Aku membaringkan tubuh mungilku di kasur berwarna pink, bersebelahan dengan kasur mama. Ku tarik selimut tebalku, karena malam ini cukup dingin. Aku menutup mataku dan mencoba membayangkan yang indah-indah untuk mimpiku malam ini.

Ku lihat dari kejauhan ada sesosok malaikat menghampiriku dan mengulurkan tangannya ke arahku. Aku hanya tersenyum sambil membiarkan tanganku memegang tangannya. Aku dan malaikat menaiki kendaraan yang serupa kuda, warnanya putih bersinar, begitu nyaman dan punggung kuda itu begitu empuk sekalipun tidak ditumpangi pelana.
“mau kemana kita?” aku bertanya penasaran.

“tenang anak baik, kamu akan ku bawa bertemu Tuhan ..”

“benarkah ? malaikat bisakah kau memberiku sebuah sisir dan cermin ? aku harus tampil rapi di depan Tuhan, ini pertemuan pertamaku ..”

“tidak perlu berdandan, Tuhan lebih menyukai manusia yang cantik hatinya, kamu tidak perlu khawatir Tuhan akan memintamu kembali jika mendapatimu berantakan, sebab Tuhan sendiri yang mengutusku untuk menjemputmu dan membawamu untuk bertemu denganNya..”

“wah, benarkah itu malaikat ? jika benar sungguh senang hatiku..”

Aku tak henti memandangi sekeliling jalanan yang kami lewati berdua, rasanya mata ini tidak ingin ku pejamkan sedetikpun, ini sungguh indah.  Beberapa meter pertama, kami melewati sekelopmpok bebungaan yang harum sekali, wangi seperti ini belum pernah aku dapati di bumi. Bunga itu ajaib, mereka mengeluarkan bunyi-bunyian merdu seperti sedang bernyanyi.

Usai kami melewati bunga-bunga itu, aku dibawa ke sebuah ruangan penuh malaikat-malaikat berwajah damai. Aku tidak tahu berapa jumlah keseluruhan mereka, tapi yang jelas mereka melebihi jumlah murid yang ada di kelasku. Malaikat-malaikat itu terlihat begitu sibuk dengan banyak kertas di kedua tangannya.

“malaikat, mengapa teman-temanmu terlihat begitu sibuk ? apa yang sedang mereka kerjakan ?”

“kertas-kertas itu adalah catatan permohonan dari manusia-manusia di bumi, setiap hari ada jutaan kertas yang mereka terima, tak heran jika mereka sering lembur dan waktu istirahat mereka sangat sedikit..”

“pasti di antara kertas-kertas itu ada permohonanku juga ya malaikat ? mereka tak lupa kan mencatat permohonanku pada Tuhan malam ini ?”

“dengar ya anak baik, malaikat mana mungkin pelupa, mereka dianugrahi Tuhan daya ingat tingkat tinggi, kelak jika tugasmu di bumi sudah selesai semoga kamu bisa bergabung dengan mereka untuk bekerja disini..”

***

Kuda putih berjalan perlahan, kami sampai di sebuah ruangan sunyi yang hanya dihuni seorang malaikat saja. Ia nampak sedikit murung, mejanya bersih, hanya beberapa lembar kertas yang ada di atasnya. Aku memberhentikan kuda putih yang kami tunggangi, lalu turun menghampiri malaikat itu.

“hey malaikat, mengapa wajahmu terlihat sedih ?”

“pekerjaanku semakin bertambah sedikit dari hari ke hari, aku khawatir akan dikeluarkan dari tempat ini jika terlalu banyak menganggur..”

“memang, kalau boleh tahu apa saja pekerjaanmu ?”

“setiap hari aku mencatat ucapan syukur dan terima kasih dari manusia-manusia baik di bumi, jumlahnya memang sedikit tidak sebanyak yang ada di ruang permohonan, lihat mejaku, tak pernah kertasnya menumpuk tinggi seperti kepunyaan temanku yang mencatat permohonan..”

“malaikat, jangan sedih ya, nanti kalau aku kembali ke bumi aku akan meminta orang-orang yang kusayangi memberimu pekerjaan supaya kamu tidak diberhentikan dari tempat ini.. :)”

Kuda putihku memekik, rupanya ia ingin aku cepat-cepat naik ke punggungnya lagi. Malaikat yang di atas kuda melambaikan tangan memanggilku, aku menghampiri dan menngucapkan selamat tinggal pada malaikat di ruangan ucapan syukur.

***

“tak lama lagi kita akan sampai di singgasana Tuhan, apa kamu sudah siap ?”

“tentu ..”, aku menjawab tanpa ragu. Aku sudah tak sabar melihat Tuhan yang ku sapa setiap hari.

Butiran mutiara-mutiara indah memenuhi jalanan panjang yang nampaknya melayang menuju tempat Tuhan berdiam. Aku turun dari kuda putih dan digandeng malaikat menapaki jalanan bermutiara tadi. Beberapa langkah aku berjalan, ada malaikat mengalungkan rangkaian bunga ke leherku, aku merasa amat senang, rupanya Tuhan telah mempersiapkan semuanya untuk menyambutku dengan baik.

“kemari anak baik..”

Suara lembut Tuhan memanggilku, aku menghampirinya lalu ia mengangkatku dan memangkuku. Rasanya nyaman sekali dan aku tidak ingin pergi dari tempat ini.

“Tuhan, bolehkah aku tinggal di tempat ini lebih lama lagi ?”

“belum sekarang waktunya anakku, Aku akan mengembalikanmu ke bumi samppai tugas hidupmu selesai, jika kamu tetap menjadi anak yang baik seperti saat ini suatu saat kita pasti bertemu kembali”

“aku membaca permintaanmu malam ini, kamu menginginkan mimpi yang indah, dan inilah jawaban doamu itu, sekarang sudah waktunya kamu kembali, tetap jadi anak yang baik ya, aku menunggumu untuk bergabung bersama malaikat-malaikat disini”


BERSAMBUNG ..

Bohong

Teman kecil duduk di pinggir jalan sepi
Ku lihat ia menyembunyikan sebatang lilin yang menyala di balik tubuhnya
Ia tersenyum dan aku semakin tak sabar menunggu waktunya
Ia menunjukkan lilin itu untuk kita pandangi bersama
“apa itu teman ? sebatang lilinkah yang kau bawa ?”
Temanku menggeleng
“ini bukan apa-apa, dan kau tidak perlu tahu ..”
Teman, aku tahu itu sebatang lilin yang menyala
Mengapakah masih kau tutupi ?
Ku lihat selumbar kebohongan di dalam mata beningmu
Ku dapati sekelumit kata-kata kosong yang keluar dari mulut sucimu
Lilin itu meleleh, dan lelehannya menyentuh kulit halusmu
Sekarang kau mulai berteriak dan benar ini hanyalah bohong
Tidakkah kau percaya aku lagi teman ?